Bagi generasi 90-an dan sebelumnya, radio adalah hiburan paling menyenangkan yang rasanya sulit untuk digantikan. Bukan sekedar karena deretan lagu dari para musisi idola yang diputarkan, tapi faktor penyiar radio yang asik juga sangat berpengaruh. Mungkin anak-anak jaman sekarang tidak akan paham bagaimana menikmati siaran radio yang dirasakan kawula 90-an.
sumber gambar : pixabay |
Jika diminta pendapat tentang siaran radio, mungkin anak jaman sekarang akan menjawab dengan berbagai sanggahan yang seakan menyingkirkan peran penting dari media penyiaran yang satu ini. Yah, tidak salah juga karena saat ini sudah banyak sekali teknologi canggih yang bisa dinikmati untuk hiburan. Tidak seperti orang jaman dulu yang hiburannya berupa radio dan TV dengan saluran yang sangat minim.
Tahun 2004 silam, Ben Hammersley menerbitkan sebuah artikel karangan di The Guardian dengan pembahasan tentang podcasting. Kata podcast berasal dari 2 kata, pod adalah singkatan playable on demand atau dimainkan atas permintaan dan broadcasting atau penyiaran.
Di tahun 2004 bisa dibilang ponsel cerdas sedang menanjak dan sangat didamba-dambakan banyak orang. Dengan kehadiran ponsel canggih, perlahan orang bisa mengakses internet dengan mudah, mengunduh lagu, menelusuri informasi menarik di jagat maya, menonton video dan lain sebagainya yang perlahan membuat peran radio semakin ditinggalkan.
Saya ingat di tahun 2016 kemarin ketika bertemu dengan teman baru di Jakarta, dia menyinggung masalah radio yang masih jadi pilihan di mobil. Ketika saya menanyakan "kenapa radio?", dia bilang kalau orang-orang di Jakarta terbiasa dengan macet dan panas di jalanan. Karena sudah bosan dengan kemajuan tehnologi dan lagu-lagu yang mudah dihafal, radio jadi pilihan yang tepat untuk hiburan di tengah kemacetan.
Belum lama ini saya yang sering mengikuti channel YouTube Ray Buat Trailer dan akun twitter Mafia Wasit cukup kaget karena mereka menghadirkan konten berupa podcast. Pikir saya, disaat banyak orang menawarkan konten canggih, drama, dan segala hal berbau kemajuan yang berfokus kepada visual, mereka malah coba menawarkan konten obrolan ringan yang awalnya saya pikir tidak penting.
Yah, awalnya saya pikir podcast mereka tidak penting sama sekali. Kenapa saya harus mendengarkan orang ngobrol selama berjam-jam? Kenapa saya harus mengikuti pembahasan mereka di dalam video yang kebanyakan tidak menampilkan gambar dan video berjalan itu?
Ternyata saya malah mulai menyukai podcast setelah awalnya mencoba menyingkirkannya dan melabelinya dengan tidak penting. Saya yang tumbuh di era 90-an, seakan terbawa ke dalam suasana jaman dulu ketika masih menghibur diri dengan siaran radio dari para penyiar yang asik dalam menyampaikan kata-katanya. Momen dimana saya meminta lagu, mengirimkan salam dan lagu request saya diputar di radio, ah betapa menyenangkan masa-masa itu.
Saya benar-benar terbawa suasana dengan maraknya konten podcast. Entah jenis obrolan apa saja yang dihadirkan, rasanya membuat saya penasaran untuk terus mendengarkannya. Saat ini saya memang lebih suka mendengarkan podcast di YouTube, meski terkadang mencari di Google. Saya yang dulu hanya mau menonton dan mendengarkan video YouTube dengan durasi di bawah 10 menit saja, kini malah ketagihan untuk mendengarkan (dengan mengabaikan tampilan video) konten podcast yang ada.
Banyak orang yang bilang bahwa eranya siaran radio akan segera kembali melalui podcast. Saya pikir itu tidak berlebihan karena toh nyatanya masih banyak generasi emas 90-an yang merindukan siaran radio. Bukan sekedar lagu yang diputar di radio dengan iklan menyebalkan yang terkadang membuat lagu yang diputar tidak penuh, tapi fokus utamanya yang terkadang tidak disadari adalah suasana nyaman saat mendengarkan para penyiar menyampaikan kalimat-kalimatnya yang enak untuk didengarkan.
Kabarnya di luar negeri, konten podcast sudah mulai dikomersilkan dengan pemasangan iklan. Saya pikir dalam waktu dekat, di Indonesia juga akan segera ramai konten seperti ini dan bukan tak mungkin para penyiar radio akan kembali muncul melalui konten baru yang mau tak mau harus mengikuti perkembangan jaman.