Youtube Diboikot Perusahaan Besar Dunia Karena Video Tak Pantas, Kerugiannya Mencapai $750 Juta

Youtube adalah salah satu situs berbagi video yang dimiliki oleh Google, saat ini menjadi raja dari berbagai situs yang berisi dengan video di dunia. Youtube menawarkan banyak sekali pilihan video yang bisa dilihat dan diunduh oleh semua orang, saat ini youtube merupakan salah satu situs paling banyak dikunjungi di dunia dengan konten berupa video.


Belum lama ini sedang terjadi kehebohan di dunia, khususnya di Amerika, Eropa, dan Australia karena Youtube. Bukan karena adanya video viral yang mengundang banyak pasang mata yang penasaran, namun karena banyak perusahaan besar di dunia yang menarik investasi iklan mereka di Youtube.

Alasan para perusahaan besar di dunia ini menarik diri dari iklan di youtube adalah adanya temuan bahwa iklan-iklan mereka disandingkan dengan video yang tak layak. Video yang dimaksud adalah jenis video yang penuh dengan kekerasan, kebencian, terorisme, fitnah, dan beberapa video yang tidak mendidik dan terbilang tak pantas.

Merk ternama seperti L'Oreal, Volkswagen, O2, Royal Mail, BBC, Dominos, Hyundai Kia, AT&T, verizon, Audi, HSBC, Royal Bank, Jhonson&Jhonson, PepsiCo, bahkan pemerintah Inggris juga ikut bergabung dalam aksi ini. Diperkirakan ada sekitar 250 merk dunia yang menarik dana iklan mereka di youtube.

Philipp Schindler, selaku Chief Business Officer of Google, telah meminta maaf secara resmi dan menjelaskan masalah ini. Pihak Google mengaku tak bisa menyaring begitu banyaknya video yang diunggah tiap menitnya, karena dalam 1 menit setidaknya ada sekitar video dengan durasi sekitar 4 jam yang diunggah.

Namun mereka mengaku akan segera memperbaiki sistem keamanan dan penyaringan video, fitur ini akan segera dirilis untuk melindungi para pengiklan agar iklan yang mereka pasang tepat sasaran dan tidak lagi muncul dalam video yang tak diinginkan.

Menurut media barat, kerugian youtube atas aksi boikot besar-besaran ini mencapai $ 750 juta atau sekitar hampir Rp 10 triliun banyaknya. Tentu saja jika dibiarkan terus menerus, bukan tidak mungkin para pengiklan akan mencari tempat beriklan lain seperti di FB, Instagram, twitter, dan lain sebagainya.