Maraknya Isu Penculikan Anak, Netizen Diharapkan Lebih Pandai Menilai Berita Hoax

Isu penculikan anak saat ini sedang menjadi salah satu perbincangan hangat di masyarakat, bahkan sudah mulai menghantui masyarakat karena berbagai informasi yang masih simpang siur. Hal ini tak terlepas dari peran para netizen yang rajin dalam menyebarkan berita, tanpa tahu kebenarannya terlebih dahulu.


Memang sebagai masyarakat, kita harus tanggap ketika ada isu yang berkembang, namun bukan dijadikan sebagai patokan tentang kebenarannya.

Di Tegal ada kasus pengeroyokan orang yang diduga penculik, setelah diperiksa ternyata hanya orang yang kurang waras, dan yang mengeroyok malah dikenai hukuman karena melakukan aksi main hakim sendiri.

Belum lama ini bahkan ada 32 ribu netizen yang menyebar luaskan berita penculikan anak di media sosial khususnya facebook, dan setelah diperiksa ternyata adalah berita bohong atau hanya sekedar hoax semata. Tentu hal seperti ini menjadi sebuah bentuk keprihatinan tersendiri, dimana banyak sekali netizen yang asal mengambil berita tanpa mengetahui kebenarannya, langsung menyebar luaskan dan boom mereka tertipu berita bohong.

Apa efek yang ditimbulkan dari berita hoax seperti ini?

Ingat isu penculikan anak yang dilakukan penjual tahu bulat? Beberapa tahun yang lalu marak berita seperti ini, dan siapa yang rugi? Penjual tahu bulat yang dibenci masyarakat, padahal tidak ditemukan kasus ini satupun yang benar.

Masyarakat kita memang mudah sekali disusupi dengan isu yang jadi perbincangan, dan sayang sekali mereka tidak langsung memeriksa kebenarannya, malah segera menyebar luaskan dengan ditambahi informasi lain yang belum tentu benar.

Sekali lagi! Kita memang harus waspada dengan isu penculikan anak yang mengambil organ tubuhnya, namun ada baiknya kita lebih waspada lagi dengan berita hoax yang berkembang di masyarakat. Hal seperti itu bisa memicu sebuah potensi yang tak diinginkan sama sekali.