KPK Menangkap Patrialis Akbar Atas Dugaan Suap Rp 2,15 M dari Basuki

Dr. H. Patrialis Akbar, S.H., M.H adalah seorang advokat dan politikus yang saat ini menjabat sebagai hakim di MK. Baru-baru ini, KPK kembali melancarkan aksinya dengan menangkap tangan Patrialis Akbar di Mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Penangkapan ini adalah hasil kerja keras tim KPK yang telah mengawasi beberapa pejabat yang diduga terlibat dalam kasus korupsi dan suap.


Penangkapan KPK kali ini cukup menimbulkan kontroversi, hal tersebut dikarenakan sosok Patrialis yang terkesan religius dan berpengalaman. Namun KPK mengaku sudah memiliki barang bukti sehingga mereka berani melakukan aksi kali ini.

Proses penangkapan sendiri dilakukan pada Rabu malam, 25 Januari 2017, di mal grand Indonesia, Jakarta Pusat. Kala itu, Patrialis sedang bersama seorang wanita berusia 24 tahun dan ibunya, wanita itu bernama Anggita yang diduga akan segera dinikahi oleh Patrialis. Saat ini, Anggita juga dibawa ke kantor KPK dan berstatus sebagai saksi.

Patrialis sendiri menolak tuduhan KPK dan bersikeras bahwa dirinya adalah korban, dia mengatakan bahwa dia didzolimi dalam kasus ini. Patrialis mengatakan, "Saya hari ini dizalimi karena saya tidak pernah nerima uang satu rupiah pun dari Pak Basuki (BHR), demi Allah. Saya betul dizalimi,", seperti yang dikutip dari liputan6.

Namun pihak KPK sudah mengantongi beberapa bukti berupa voucher penukaran uang dan dokumen sehingga mereka berani menangkap hakim MK yang satu ini.

Kasus suap yang menjerat Patrialis dimulai dari seorang pengusaha impor daging, Basuki Hariman. Katanya dia memberikan uang suap sebesar 200ribu dollar Singapura atau Rp 2,15 miliar. Pemberian uang itu melalui seorang perantara bernama Kamaludin. Selain Patrialis, Basuki, dan Kamaludin, KPK juga sudah menangkan Ng Fenny yang merupakan tangan kanan mantan politisi PAN itu.

Kasus suap ini adalah kasus yang berhubungan dengan impor daging, dimana Basuki memimpin 20 perusahaan impor daging di Indonesia. Suap ini dilakukan agar impor daging dari India bisa masuk tanpa dipersulit oleh pihak lain, dan akhirnya mereka malah yang kesulitan saat ini.